Kau mengira bahwa perintah menundukkan pandangan hanya untuk lelaki?
Hei, sebab wanita adalah saudara kandung laki-laki1, maka wanita pun terfitnah oleh lelaki!2
Bukankah Allah telah mengabarkan kepada kita bahwa sang istri pembesar Mesir telah secara terang-terangan menggoda Yusuf.
Bahkan wanita-wanita yang mencela perbuatan istri pembesar Mesir juga tanpa sadar telah mengiris-ngiris jari mereka begitu melihat ketampanan Nabi Yusuf.
Duhai Saudariku, dimanakah akan kau letakkan cintamu pada suamimu jika kau biarkan pandanganmu terbius ketampanan lelaki lain, yang kemudian berubah menjadi panah setan beracun yang merusak cintamu pada suamimu
Sunggu Allah telah memberi kita sebaik-baik teladan pengajaran
Ialah Ummul Mukminiin, Ummu Salamah yang ketika kematian suaminya, Abu Salamah maka ia berdoa dengan doa yang diajarkan Nabi ﷺ ketika ditimpa musibah.3
Maka ia berdoa :
“Yaa Allah berilah aku pahala atas musibahku ini”
namun ketika akan masuk pada untaian doa selanjutnya yakni “dan berilah ganti dengan yang lebih baik”
Maka Ummu Salamah tiba-tiba terdiam. Lidahnya kelu untuk berucap. Ia ragu. Terbetik di hatinya “Siapakah yang lebih baik dari Abu Salamah?”
Namun karena ini adalah Sunnah Nabi ﷺ maka Ummu Salamah tetap melanjutkan doanya
Bukankah salah satu sebab kecintaan ini lahir karena Ummu Salamah tidak pernah mengenal lelaki lain, sehingga ia merasa suaminya, Abu Salamah adalah lelaki terbaik.
Dan ini sudah menjadi kaidah yang umum, bahwa semakin seseorang bermaksiat kepada Allah, maka akan Allah cabut kenikmatan yang halal dari hatinya.
Setelah selesai masa ‘iddah nya, maka Ummu Salamah dilamar Abu Bakar.
Kembali hatinya berkata “Abu Bakar tidak lebih baik dari Abu Salamah”
Kemudian datang ‘Umar dan hatinya juga berkata “Umar tidak lebih baik dari Abu Salamah”.
Tentu Abu Bakar adalah manusia yang terbaik setelah Rasulullah ﷺ, kemudian Umar bin al-Khattab, kemudian Ustman bin ‘Affan4. Abu Bakar dan Umar lebih utama dari Abu Salamah.
Hingga kemudian Allah memuliakan Ummu Salamah dengan datangnya pinangan dari Rasulullah ﷺ.
Dan jadilah Ummu Salamah termasuk dalam barisan Ummahaatul Mukminiin, Ibunya orang-orang beriman.
Kisah selanjutnya tak kalah menakjubkan
Ialah Ummu Darda’, istri dari Abu Darda’
Yang ketika kematian Abu Darda’ ia enggan menikah lagi
Padahal telah datang Muawiyah bin Abi Sufyan melamarnya
Siapa yang tak kenal Muawiyah? Panglima hebat nan pemberani
Dan usianya ketika itu masih sangat muda
Ummu Darda’ pernah berkata ketika Abu Darda’ ketika akan meninggal dunia
“Wahai Abu Darda, engkau telah melamarku dari keluargaku di dunia dan akhirnya mereka menikahkan engkau denganku. Sekarang aku melamarmu untuk di akhirat maka hendaknya kau terima lamaranku”
Abu Darda menjawab “Kalau begitu jangan engkau menikah lagi sepeninggalku”
Dan Ummu Darda’ benar-benar memenuhi permintaan Abu Darda’.
Adalagi Nailah binti Farafishah yang terkenal cantik jelita, suaminya adalah ‘Ustman bin Affan. Ketika ‘Ustman wafat usia Nailah kala itu masih sangat muda sekali.
Nailah, kalau dia sudah bicara dan terlihat giginya maka sangat indah sekali giginya tersebut. Dan keindahan itulah yang membuat banyak lelaki yang ingin meminangnya.
Maka Nailah akhirnya mematahkan salah satu bagian giginya (yang membuatnya semakin cantik) supaya tidak ada yang melamarnya lagi.
Karena Nailah tidak ingin cintanya pada ‘Ustman luntur, dan dia ingin bersama ‘Ustman di akhirat nanti.
Berawal dari Rasa Malu
Maka kututup kisah teladan mulia ini dengan sebuah ayat mulia yang menceritakan wanita mulia, putri dari seorang Nabi, dan kemudian menikah dengan seorang Nabi (Nabi Musa ‘alaihissalam)
“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” (Qur’an Surat. Al-Qashash: 23)
Kemudian, dua ayat selanjutnya menceritakan lagi tentang sifat pemalu wanita ini:
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata, “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” (Qur’an Surat. Al-Qashash: 25).
Saudariku, sungguh malu itu bagian dari iman, dan sunggu rasa malu akan membimbing kepada kebaikan.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْۚذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْۗإِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖوَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖوَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚوَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur: 30-31)
Baarokallahu Fiikunna Wa Jazaakunnallahu Khayran
Sumber :
Rangkuman Kajian via Youtube : Ustadz ‘Abdurrahman Zahier, Ustadz Syafiq Riza Basalamah, dan Ustadz Firanda Andirja
Website : https://muslim.or.id/66424-wanita-pun-terfitnah-oleh-lelaki.html
https://muslimah.or.id/8922-bila-cinta-dalam-hati-bersemi.html
- Hadits dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha (HR. Abu Daud no. 236, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud). ↩︎
- Terjadi khilafiyah. Hukum asalnya wanita boleh memandang laki-laki selama tidak timbul syahwat dan memandang sebatas anggota tubuh yang bukan aurat. ↩︎
- Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” HR. Muslim no. 918 ↩︎ - Riwayat al-Bukhâri ↩︎