Assalamu’alaykum sholihah, jadi dalam blog kali ini aku ingin share tentang salah satu tulisan yang insya Allah akan menginspirasi kita semua sebagai perempuan untuk menjadi calon ibu yang InsyaAllah sukses dunia dan akhirat, Aamiin. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi teman-teman akhwat yang membaca ini😊
“Ibu, Pulanglah…” oleh Budi Ashari Hafidzahullah
(Dari Nurul Abshar fi Manaqib Ali bait an Nabi al Akhyar karya Asy Syablanji Al Mishri dan Al Minjah karya Hasyiyah al Bujairi)
Ada seorang laki-laki yang datang kepada Umar Radhiallahu ‘anhu dan mengadu mengenai istri nya yang sangat cerewet dan seringkali marah-marah.
Kemudian begitu sampai di depan rumah Umar Radhiallahu ‘anhu, dia hendak mengetuk pintunya, namun ternyata dia mendengar bahwa istrinya Umar Radhiallahu ‘anhu pun sedang marah pada Umar Radhiallahu ‘anhu.
Laki-laki tadi pun pergi, Umar Radhiallahu ‘anhu pun keluar dari pintu rumahnya dan mengejar laki-laki tadi lalu berkata, “saudaraku nampaknya kamu perlu dengan saya?”
“iya, saya ingin mengadukan tentang istri saya yang sering marah-marah pada saya tetapi saya barusan dengar istrimu juga marah padamu, maka apa gunanya saya mengadu padamu.”
Kalimat Umar Radhiallahu ‘anhu luar biasa, yang menjadi pelajaran bagi para wanita….
“Mengapa saya sabar pada istri saya…, karena dialah yang memasak makanan saya dan dialah yang membuatkan yang memasak bahkan mengadoni roti saya, dialah yang mencucikan pakaian saya dan dialah yang menyusui anak-anak saya.”
- Dialah yang memasak makanan saya dan mengadoni roti untuk saya. Ini urusan dapur
- Dialah yang mecucikan pakaian saya. Ini urusan sumur
- Dialah yang menyusui anak-anak saya. Kalau bahasa kita ini bisa dimasukkan dalam urusan kasur
Jadi urusan sumur, dapur, kasur bukan hal yang sederhana. Tidakkah ini menjadi renungan bagi para bunda, bahwa sumur, dapur, kasur adalah kemuliaan, bahwa sumur, dapur, kasur yang membuat Umar Radhiallahu ‘anhu sabar bahkan dengan kekurangan istrinya, bahkan sabar saat dimarahi istrinya, dan kalimat penutup Umar pada laki-laki itu adalah: “sabar saudaraku, karena itu hanya sesaat kemudian hilang”
Ternyata banyak hari ini, laki-laki yang menjadi pemimpin bagi rumah tangganya, saat melihat kesalahan istrinya, atau istrinya marah , maka dia lebih marah pada istirnya. Kalau sudah begitu, yang ini marah yang satu marah, masing-masing keluar api, lalu apa yang terjadi, api membakar rumah tersbut dan kalau ini terus berlangsung, maka tidak ada kalimat baik “baiti jannati”, tidak ada rumahku surgaku. Yang ada kapal itu mulai retak dan hamipir-hampir saja mau karam kalau tidak segera diselamatkan.
Para bunda seharusnya mentadabburi ayat yang mulia ini, ketika Allah memfirmankan ayat ini , QS Al- Ahzab 33
“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
Kalimatnya sangat jelas “menetaplah kalian dirumah-rumah kalian”, ini berarti wanita memang tempatnya dirumah, namun yang dicoba pada peradaban hari ini adalah para ibu digiring keluar dari rumah dengan segala alasan,entah itu ekspresi ilmu di masyarakat, atau dengan alasan wanita juga punya hak yang sama dengan laki-laki dst, tapi kita lupa “wa laisa dzakkaru wal unstaa” bahwa laki-laki tidaklah sama dengan perempuan, karena itu hak dan kewjiban mereka pasti ada yang tidak sama.
Karena ada yang tidak sama itulah Allah yang Maha Tahu, bahwa ternyata Allah telah meletakkan bahwa tugas para wanita adalah di rumah mereka bahwa rumah adalah tanggung jawab mereka.
maka bukankah sudah saatnya kita dan keluarga mulai merenung. Apakah ini salah satu yang membuat keluarga kita bermasalah. Salah satu yang menjadi faktor anak-anak kita tidak istimewa?
Maka ibu, pulanglah
Suami mu ingin mereguk di telaga cinta mu
Ibu pulanglah
Diluar sana sangat tidak ramah untuk kelembutannmu
Ibu pulanglah
Istanamu, menunggu sentuhan surgawi mu
Ibu pulanglah
calon orang besar sudah duduk dengan manisnnya siap untuk belajar di madrasah mu
Ibu pulanglah
pemimpin masa depan ummat ini, dia hanya ingin merasakan tatapan teduh pandangan mu
Ibu pulanglah
karena Allah yang memerintahkan para ibu untuk pulang
Ibu pulanglah
sebelum semuanya terlambat.
“Ibu Pulanglah…” –Ust Budi Ashari Lc Hafidzahullah