Seni Berkomunikasi dengan Anak

Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari
Ahad, 29 September 2024
@Masjid Nurul Iman Blok M Square

Bagaimana seni berkomunikasi dengan anak?
Salah satu nikmat yang Allah berikan adalah nikmat bicara, komunikasi, menyampaikan isi hati apa yang kitasukai dan tidak, mengungkapkkan perasaan. Aturan dalam Islam adalah hendaklah bicara baik atau diam, jadi kita harus tau kapan bicara kapan diam.

Manusia perlu belajar bicara, karena bisa berbicara dengan baik adalah satu kelebihan, Tidak ada orang yang lahir bica bicara kecuali tiga bayi saja (Nabi Isa, bayi yang dituduh anak Juraij, dan bayi yang sedang dalam gendongan ibunya dalam kisah ashabul ukhdud, bahkan Nabi kita jug tidak bisa bicara ketika lahirnya, dan untuk punya kemampuan bicara harus belajar.
Kebijaksanaan bisa dilihat dari bagaimana seseorang itu bicara.
Terutama dalam bab pendidikan, bicara adalah bagian dari hablum minannas, lebih dalam lagi ketika membahas konteks mendidik.

Komunikasi dengan anak bukan hanya sekedar visi, tapi menyangkut segalanya, karena secara tidak langsung kita memberikan teladan pada anak.
Pendidikan itu terkandung dua hal, yang pertama adalah konten yang kedua adalah keteladanan
Maka dalam mendidik bukan hanya isinya yang benar, tapi caranya juga harus benar.
Misalnya mengajari anak-anak tapi sambil marah-marah. Nah marah-marah itu akan ditiru sama anak sedangkan isinya belum tentu ditiru sama anak.

Mau-gamau jadi orang tua itu harus JAIM (JAGA IMAGE)
Harus pintar akting juga, karena ketika mendidik depan anak itu sebagai pendidik.
Sekecil apapun itu akan jadi teladan, akan jadi contoh. Jangan terpedaya ketika diamnya anak, dia merekam sebenarnya “ohh begini ya caranya” karena manusia terus berkembang.

Sebagian orang punya cara komunikasi yang buruk sehingga pesan tidak tersampaikan.
Kunci berhadapan dengan manusia adalah bagaimana kita bisa berkomunikasi dengannya, dan ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Poin terpenting dalam etika bicara adalah kemampuan mengontrol emosi, karena kalua kita emosi hilang semuanya.
1) suara meninggi
2) kata-kata tdak terkontrol

Kita harus punya kontrol emosi yang baik. Kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang namanya marah adalah menutup akal. gholab itu tertutup, hilang semuanya, kebijaksanaan hilang. Apalagi dalam konteks mendidik.

Kalau kita sudah marah kita gabisa mneyampaikan ilmu, hilang ilmu itu.

Hla yang penting juga adalah kemampuan mendengar, kapan kita bisa diam utuk menyimak. Karena harus ada momen timbal balik. Orang yang bis bicara dengan baik maka di juga harus bisa mendengar dengan baik, menyimak.

Termasuk anak kita, kita harus beri kesempatan dia bicara. Nabi Ibrahim menyontohkan, ketika dapat perintah menyembelih ismail, tidak langsung eksekusi tapi berkata dulu pada Ismail.

Ketika kita bisa memahami seseorang, kita tahu apa yang bisa kita omongkan kepadanya. Dalam konteks mendidik keseimbangan untuk bicara dan mendengar

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kedatangan utusan orang musyrik, maka ketika bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dulu biarkan mereka bicara dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar, baru kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bicara.

Salah satu komunikasi yang buruk adalah dua-duanya saling bicara, saut-sautan.
Menyulitkan bagi anak karena yang dia hadapi adalah orang tua.
Dengan mendengarkan anak kita juga jadi bisa menilai tingkat kedewasaan anak.

Anak belajar bicara dari orang tuanya. Kata-kata, pesan, nada bicara, gestur tubuh, belum lagi pemilihan kata.

Allah berfirman “dan janganlah kamu membentar keduanya
Para ulama sepakat sudah termasuk membentak adalah kita mengangkat suara lebih tinggi dari orang tua.
Jadi manusia pelru bicara sepanjang hidupnya karena dari situlah dia mengasah kebijaksanaannya, dan itu spontan, tidak dibuat-buat.

Kalau mau bicara miki-mikir dulu itu namanya belum terlatih
Kalau gak biasa pasti keluar aslinya, gabisa dibuat-buat.
Demikian juga kemampuan seseorang berbahasa, dalam kondisi-kondisi tertentu.

Orang tua itu kata-katanya harus berbobot kalau tidak ini termasuk orang yang kasian jadi orang tua. Betapa banyak orang tua yang jadi radio rusak depan anaknya, artinya kata-katanya sudah ga berarti lagi, bukan anak tidak mau mendengar tapi orang tua selalu bicara sesuatu yang tidak berfaedah.

Salah satu sebab terbesar orang tua marah adalah karena dia ingin menutupi kelemahan dirinya, yaitu kata-katanya sudah tidak berbobot lagi,

Mau gamau orang tua harus terus belajar, agar kata-katanya terus berbobot, bukan “pokoknya-pokoknya”. Itu menggambarkan ketidak mampuan berargumentasi. Sebenarnya anak senang mendengar argumentasi, bukan berbantah-bantah, ini penting juga supaya tidak mengajari anak tidak taqlid (menerima perkataan orang lain dengan tanpa hujjah)

Kebutuhan kita akan ilmu ketika jadi orang tua itu berkali-kali lipat dibanding ketik kita masih sendiri, maka orang tua yang ga membekali dirinya dnegan ilmu adalah orang tua yang gamau menyelesaikan masalah.

Masalah hidup ini banyak dan itu semua itu butuh penyelesaian.

Belajar adalah nikmat, tapi kenapa kalau belajar nikmat kenapa ga ada di dalam surga. Karena di surga gaada masalah, gaperlu nuntut ilmu, sedngakan di dunia banyak masalah
Berhadapan dengan anak juga perlu ilmu,
Betapa banyak seorang istri curhat masalah rumah tangganya, ini sangat membuat ustadz risih.

Sebenarnya masalah rumah tangga itu gaperlu sampai keluar, kunci penyelesaiannya ada di tangan suami. Ini karena kepala rumah tangga ga selalu jadi kepala, kadang ekor, dan lainnya.

Kepala keluarga, itu berarti otak nya dari suami. Kalau tidak jadi perannya berarti kepala tanpa otak

Mendengar, ini penyakit masalah suami-suami sekarang yang gamau mendengarkan istri.

Kepala keluarga itu jubir, juru bicara
Bagi anak lain ketika kita yang ngomong dengan guru yang ngomong
Coba periksa jangan-jangan kita sudah jadi radio rusak, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah jadi teladan untuk anak-anak.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam luar biasa dalam mengontrol emosi, dalam mendengarkan anak.

Ketika ada anak yang salah cara makannya, lihat! Nabi tidak marah (masuk urutan pertama : kontrol emosi). Kedua, berbicara tentang isi, materi.
Nabi nasehati tiga hal: makan dengan tangan kanan, membaca bismillah, dan ambil makanan dari yang paling dekat.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tiga padahal salahnya hanya satu (makan dengan tangan kiri)

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulainya dengan “hai nak” yang menunjukkan keakraban
Contohlah Nabi Nuh bagaimana ketika anak itu sudah hampir tenggelam Nabi Nuh masih mengatakan “Yaa Bunayya”

Kalau kesan pertama tidak mengenakkan bagaimana selanjutnya.
Ketika kesan pertama menyejukkan orang sudah siap menerima perkataan selanjutnya.

Jadi anak tidak merasa disalahkan, dipojokkan,
Bagaimana dengan remaja.
Suatu ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus pasuka kecil, namanya sariyah untuk mengintai suatu kaum, ternyata yang terjadi hingga pertempuran. Dalam pertempuran ada seorang pasukan musuh yang berperan spartan (gagah berani) banyak kaum muslimin yang terbunuh di tangannya, namun ternyata Allah berikan kemenangan ada di tangan kaum muslimin.

Di dalam pasukan itu ada Usamah bin Zaid, waktu itu usianya15 tahun. Tapi bakatnya militer.
Maka jangan under estimate seorang anak.
Istimewakan anak dengan bakatnya.
Anak-anak yang angka nilainya kecil belum tentu lebih unggul, sebenarnya dia punya potensi tapi disia-siaka oleh pendidiknya. Angka itu tidak menunjukkan apa-apa.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkan anak berdasarkan bakatnya.

Usamah membunuh seorang pasukan yang sebelum dibunuh Usamah dia berucap “Laa ilaaha illa Allah

Sampailah beritanya ke Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam panggil Usamah,
Usamah melakukan kesalahan fatal,
Maka ketika Usamah menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ingat ya,Ilmu psikologi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah tingkat wahyu, ini yang harus diteladani, gausah contoh si fulan si fulan, dia bukan siapa-siapa.
Nabi berkata kepada Usamah
“Apakah hau membunuh nya setelah dia mengucapkan Laa ilaaha Illa Allah?”
Ini namanya redaksi pertanyaan.
Kata-kata ini jauh dari kesan intimidatif,
Anak-anak itu kadang gamau bohong tapi karen dipojokkan terus ya bohong jadinya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak maksa Usamah untuk berkata ya atau tidak.
Kita harus memperhatikan psikologi orang yang kita ajak bicara. 
Usamah tidak menjawab ya atau tidak, Usamah langsung mengungkapkan alasan tanpa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya ya atau tidak. Kata Usamah “wahai Rasulullah dia hanya berpura-pura”

Apa kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Apa kau sudah belah dadanya?”
Patah langsung alasan Usamah

Biarkan orang itu mencerna kata-kata, jangan bicara terus-terusan ssmpai merepet sehingga jadi boros kata-kata.

Usamah tidak bisa menjawab pertanyaan lagi “duhai kiranya aku baru masuk Islam kala itu” ini kata-kata Usama, setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menutupnya bukan dengan vonis,

“bagaimana kamu berhadapan dengan Laa ilaaha illa Allah nya pada hari kiamat?”

Lagi-lagi ini kalimat redaksi tanya, bukan vonis

Inilah contoh bagaimana orang tua bisa menjadikan kata-katanya yang berbobot memberi kesan impact pada anak.

Setelah itu karir Usamah tidak hilang, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam justru mengangkatnya jadi panglima
Setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat terjadi beberapa perang antara kaum muslimin, diantaranya perang jamal, shiffin ini terjadi di antara sesama muslimin.
Dan luar biasanya Usamah termasuk dari salah satu sedikit sahabat yang tidak terlibat pertumpahan darah dengan kaum msulimin, padahal Usamah punya bakat miiter yang hebat.

Maka kebijaksanaan seperti ini tidak muncul spontan, ini harus dilatih.

Orang-orang tua dulu terbiasa memberikan nasihat di momen-momen penting anak-anaknya.
Bagaiamana kita bisa merangkai itu semua (pesan dan cara menyampaikan jadi suatu kombinasi yang baik?
Wallahu a’lam

Jadikan kata kata kita sebagai orang tua punya bobot, punya value di mata anak. Kalau gasiap ngomong sama anak lebih baik diam.

Tanya jawab:
Cara mengontrol emsoi saat anak tidak paham apa yang kita sampaikan?
Ulangi sampai dia betul- betul paham. Jangan terbebani dengan hasil. Allah tidak menilai hasil, yang Allah tanya di hari kiamat nanti juga bukan hasil. Hasil urusan Allah.    
Berhasil tidaknya bukan karena kita tapi anugerah dari Allah. ‘ Gaperlu liat orang lain “wah dia berhasil” jangan-jangan ternyata dia juga tidak berbuat apa-apa.

Al jazaa ul ihsan illal ihsaan, balasan kebaikan kebaikan.

Maka jangan terpaku dengan hasil membuat kita kehilangan kontrol emosi karena ingin anak ‘jadi’. Hati anak di tangan Allah, lakukan saja apa yang menjadi tugas antum

Nanti antum terpaksan mengatakan “Nabi Nuh ayah yang gagal” Bahaya ini!

Mendidik itu berat karena kita beradapan dengan makhluk yang bernama manusia.

Jujur dalam Berhijrah

Oleh Ustadz : Abdul Aziz Al Owainy Hafidzahullah

@Masjid Nurul Iman Blok M Square

Ahad, 22 September 2024, Ba’da Zuhur.

Dalam berhijrah perlu jujur kepada Allah. Diantara kisah yang luar biasa tentang hijrah adalah kisah Suhaib ar Rumi, salah seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.

Tentang Suhaib Ar-Rumi, Ibnu Katsir berkata : Suhaib bin Sinan adalah orang asal Yaman, dahulu ayahnya atau pamannya pekerja dengan bani Kisra, dan mereka tinggal di sekitar Mousil (Iran sekarang), tiba-tiba suatu hari pasukan Romawi lewat situ, dan biasa mereka berperang, maka Suhaib dijadikan tawanan perang sementara dia masih kecil, maka Suhaib tingal mereka dalam suatu waktu, hingga kemudian Suhaib dibeli oleh suatu kabilah Arab Dibawalah Suhaib ke Mekkah,kemudian, dibeli oleh Abdullan ibnu Jud’an maka Suhaib tinggal di Mekkah, kemudian ketika diutus Nabi, dia masuk Islam awal-awal bersama Ammar bin Yassir. Saat itu yang masuk Islam baru sekitar 30 sekian orang di Mekkah dan Suhaib termasuk orang-orang yang lemah. Berkata Yassir :Aku bertemu dengan Suhaib di depan rumah Al-Arqam, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam sedang di dalamnya, maka aku katakan kepada Suhaib, “Apa yang kamu mau”, makan Ammar berkata “Aku mau masuk ke dalam mendengarkan Muhammad, aku mau dengar tentang agamanya, kata Suhaib sama aku juga, maka kami masuk kedalam dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam menawarkan Islam maka kami masuk Islam, dan kami terdiam disitu sampai sore maka kami keluar sembunyi-sembunyi. Berkata Imam Mujahid yang pertama kali terang-terangan mengaku muslim adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, Abu Bakar, Bilal, Khabbab, Suhaib, Sumayyah (satu orang lagi saya (penulis blog ini) terlewat dari penjelasan Ustadz). Kurang lebih di Rabi’ul Awal maka ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam hijrah, Suhaib juga ingin hjirah, Suhaib bersama Ali adalah orang yang terakhir hijrahnya. Pada peristiwa hijrahnya Suhaib ketika dia hijrah diikuti oleh sebagian orang-orang musyrik, dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa Suhaib membawa sembilan ontanya, maka ketika Suhaib diikuti dan ketawan Suhaib akan berhijrah maka Suhaib dihalangi (termasuk Umar juga hjrahnya dihalangi), maka ketika dia melihat dia dihalangi, dia keluarkan anak panahnya dan berkata “Wahai orang-orang Qurays, kalian tahu aku adalah orang yang paling pintar memanah diantara kalian. Demi Allah tidak akan aku biarkan kalian dekat kecuali aku akan lemparkan anak panah pada kalian. Kalaupun ternyata habis anak panahku, akan aku tebas dengan pedangku. Orang-orang Qurays kemudian berkata “Wahai Suhaib kamu datang ke Mekkah tidak punya harta, kamu ini budak yang dibeli, bekerja lalu punya harta, sebagian riwayat menyebutkan Suhaib mempunyai harta yang lumayan banyak, maka Suhaib berpikir  “Apa pendapat kalian jika aku tinggalkan hartaku. Apakah kalian akan membiarkan jalanku?” orang Qurays menjawab “Iya”, dalam riwayat Suhaib kasih tahu tempat dimana dia sembunyikan hartanya. Setelah dia mengeluarkan semua yang dia punya supaya dia bisa mengikuti hirahnya Rasul Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Dalam riwayat, dikatakan Suhaib memiliki sepuluh unta dan Suhaib menawar untuk memberikan 9 unta, namun orang Qurays meminta sepuluh unta maka semua unta Suhaib diberikan kepada orang Qurays. Termasuk baju luar Suhaib yang sedang dikenakannya yang bagus. Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai kepadanya kabar Suhaib kata Rasul Shallallahu ‘alaihi Wa sallam “Perdagangan yang menguntungkan wahaib Abu Yahya”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam kemudian membaca surat Al Baqarah ayat 207 “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” Dalam riwayat lain, berkata Suhaib, “Aku berhijrah dan ketika sampai di Quba, ketika Rasul Shallallahu ‘alaihi Wa sallam melihatku Rasul Shallallahu ‘alaihi Wa sallam berkata , ‘wahai Abu Yahya, kau untung, untung , untung”. Suhaib berkata “Wahai Rasulullah, sungguh tidak ada perjalanan yang mendahuluiku diriku hari ini, dan aku yakin tdak sampai kabar tentangku kecuali Jibril yang menyampaikannya.” Berkata ‘Abdullah bin ‘Abbas dalam tafsir Al-Baqoroh ayat 207 ‘ ayat ini turun bercerita tentang Suhaib bin sinan dan orang-orang semisalnya, dia membeli dirinya dengan hartanya sendiri kepada Ahli Mekkah,

setelah hijrah, apa Suhaib pede? yakin masuk surga?

Disebutkan Suhaib tidak pernah mundur dalam peristiwa apapun semenjak dia masuk Islam. Dalam riwayat Tabrani, Suhaib berkata sendiri, “tidak pernah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam menyaksikan peristiwa besar kecuali aku bersama Beliau, sekalipun Rasul Shallallahu ‘alaihi Wa sallam kirim utusan, aku mengikuti utusan, dan tidaklah Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam ikut perang kecuali aku masuk ke rombongan tersebut, entah aku di kanan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam atau kiri Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, dan tidaklah aku khawatir ada bahaya menimpa Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam kecuali aku maju melindungi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam dan tidak pernah dalam peperangan , aku jadikan antara aku dan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam ada musuh.

Dan dalam kisah hijrahnya Suhaib, seorang mukmin pasti diuji,susah senang dua-duanya itu ujian. Fudhail bin Iyad, seorang perawi hadits yang besar dulunya adalah seorang perompak. Orang kalau hijrah gacukup hijrah aja, harus BELAJAR! Apalagi sebelumnya dia ada di masa-masa yang jauh dari Islam. Fudhail bin Iyadh pindah ke Mekkah, belajar. Seorang dalam berhijrah harus jujur. Tapi tidak mungkin dalam hidupnya dikasih sulit terus sama Allah.

Berkata para ulama tentang kisah Suhaib, ini ada keutamaan harta. Jujur dalam berhijrah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 145 “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik.”

Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 100 ‘Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Jangan suudzon sama Allah. Yakinlah kalau Allah suruh cari yang halal, pasti Allah kasih jalan yang halal, cuma diuji dulu ‘barang siapa yang keluar dari rumahnya yang dida berjhijrah…kemduian dia meninggal , maka pahalanya tetap di sisi ALlah. sungguh Allah Maha pengampun..

Hijrah di jalan Allah, bisa jadi maknanya pindah dari tempat syirik ke negara beriman ,sebagaimana pindahnya kaum muslimin dari Mekkah ke Madinah, dan juga hijrah bisa juga pindah dari negara musyrik , ke negara kafir yang mungkin lebih ringan kekufurannya. Jika dia mampu untuk hijrah, dari tempat buruk, negara kufur akan tetapi dia tidak terfitnah, dia bisa berdakwah, merubah, maka dia tidak diwajibkan berhjjrah, justru disukai jika dia bisa berdakwah.
Namun jika dia punya kemampuan untuk berpindah dan tidak bisa menjaga diri, maka dia wajib menyelamatkan agamanya.

Kenapa Allah ciptakan di dunia ini ada negeri-negeri yang beriman juga negeri-negeri yang kafir? Kata para Ulama ini sebagai hujjah Allah di akhirat nanti terhadap orang-orang kafir yang tidak mau beriman.

Kajian Tauhid

Ustadz Arman Amri

22 September 2024, Ba’da Ashar
@Masjid Nurul Iman, Blok M Square

Kitab Tauhid buah karya Syekh Muhammad Tamimi,
Bab 53 Larangan berdoa “Doa seorang hamba ‘Yaa Allah ampunilah diriku jika Engkau mau”.

Maghfiroh artinya ampunan, ampunilah diriku, Ghofaro asal katanya al Mighfar yaitu penutup kepala untuk perang menghadapi musuh.

Ketika sholat berdoa allahummaghfrili, minta dihapus dosanya oleh Allah. Lafadz insyi’ta, bermakna jika engkau mau ampunanilah dosaku. Riwayat yang pertama dari Abu Hurairah dikatakan, dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu’alaihi WA sallam bersabda “Janganlah diantara kalian berdoa Allahummagfirli insyi’ta, Ya Allah ampunilah dosaku jika Engkau mau. Sesungguhnya Allah tidak dalam keadaan terpaksa. Hendaknya seorang betul-betul dalam doanya, karena Allah tidak merasa keberatan atas apa yang diberikan kepada hamba.

Seorang hamba harus yakin dengan doanya. Larangan dari Rasulullah “janganlah salah seorang berucap dalam doanya. ketika seorang berdoa Ya Allah ampunilah diriku jika Engkau mau. Ya Allah rahmatilah diriku jika Engkau mau”, berarti:
1) Jika seseorang berdoa seperti itu, doa seperti itu seolah olah ia merasa Allah terpaksa.
2) ia melihat perkara pengampunan dosa atau meminta rahmat, hamba tersebut merasa berat oleh Allah untuk diampuni dosanya, merasa berat dirahmati oleh Allah.
3) seorang hamba yang merasa tidak butuh ampunan dan kasih sayang Allah, seakan akan ia tidak butuh dan tidak peduli.

Ketika seorang hamba berdoa, seorang hamba harus bertekad atas keinginan dan doanya tersebut. Doa merupakan ibadah. Jika ditinjau dari sisi sifat ketuhanan Allah, bahwa Rabbul ‘aalamiin yaitu Allah, Maha kaya, Maha sempurna, artinya yaitu ketika seorang hamba meminta kepada Allah, dan dikabulkan Allah, maka tidak sedikitpun mengurangi kekayaan Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa. Tidak berkurang dari apa yang Allah miliki (dan semuanya adalah hanya milik Allah).

Para hamba yang memperbanyak doa kepada Allah, maka Allah akan menyukainya karena Allah Maha kaya. Berbeda jika meminta kepada manusia, maka manusia akan kesal karena begitulah sifat manusia, ia takut hartanya habis sebab kekayaan dan kekuasaan manusia terbatas. Hamba yang jarang berdoa dan meminta kepaada Allah maka dikatakan sebagai hamba yang sombong kepada Allah.

Kaidah yang harus dipahami terkait doa: dalam kitab yang ditulis oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas. Kaidah doa dan dzikr terdapat 20 kaidah

  1. Allah ‘Azza wa Jalla memerintah manusia utuk memperbanyak dzikr dan doa. “fadzkuruuNii adzkurkum wasykuruuLii walaa takfuruun”.
  2. Allah berjanji akan memberikan ganjaran bagi tiap hamba yang banyak berdoa dan berdikr kepada Allah, karena doa dan dzikr termasuk kedalam ibadah yang utama dan mulia. Tidak ada suatu apapun yang paling mulia selain doa.
  3. Orang yang paling banyak berdoa dimuka bumi yaitu Rasulullah dan para sahabat. Pentingnya mengikut mereka. seorang hamba yang banyak berdzikr yaitu seorang yang mentauhidkan Allah dan berusaha mengikut Nabi Shallallahu’alaihi Wa Sallam.
  4. Seorang hamba tidak dikatakan sebagai orang yang banyak berdzikr kepada Allah jika tidak mengikuti apa yang dianjurkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Doa dan dzikr yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah yang terbaik yaitu yang terdapat dalam Al Quran dan Hadits karena doa yang terdapat dalam Al Quran memiliki kekuatan terbesar.
  5. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam mengajarkan doa dan dzikr kepada para Sahabat mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Hal tersebut menunjukkan doa dan dzikr tersebut menunjukkan amal seorang hamba seumur hidupnya.
  6. Kewajiban sebagai seorang muslim adalah ittiba’ (mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, betul betul ada kecintaan kepada amalan sunnah yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Jika seseorang mencintai Allah maka ikutilah ajaran Rasululullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
  7. Agama Islam sudah sempurna. jika Islam merupakan agama yang sempurna, maka pasti urusan doa dan zikr ada contohnya.
  8. Karena kesungguhan Islam harus memperhatikan doa dan dzikr, jangan mengada-ada dan mengikuti hawa nafsu. segala sesuatu yang tidak ada contohnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam harus kita tinggalkan.
  9. Hati seorang muslim harus merasa cukup dan puas atas apa yang dicontohkan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam.
  10. yang wajib dilaksanakan seorang hamba yaitu doa dan dzikr yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam yang shohih.
  11. Doa wajib dipanjatkan hanya kepada Allah.
  12. Tidak boleh berdoa dan berdzikr yang tidak dicontohkan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam karena itu adalah bid’ah.
  13. Tidak boleh bagi seorang pun kaum muslimin apakah dia seorang dai, ustadz dan lainnya, membuat doa atau zikir yang tidak ada contoh dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam lalu mengajarkan kepada kaum muslimin lalu menjadikan wirid yang dibaca setiap waktu, atau waktu tertentu, atau dengan cara tertentu. Ini adalah bid’ah Dalilnya dalam surat Asy-syura ayat 21. Allah tidak butuh tandingan dalam syariatnya. “Barang siapa yang mengada ada dari urusan kami maka dia tertolak” Hadits Shahih
  14. Siapa saja tidak boleh membuat-buat doa dan zikir tertentu untuk waktu-waktu tertentu. Contohnya doa bulan Rajab, atau doa khusus ketika akan memasuki bulan Ramadhan.
  15. Tidak boleh dikerjakan di sisi kubur, melakukan doa-doa tertentu. Nabi sudah memberi tuntunan
  16. “Sebaik-baik zikir adalah Laa Ilaaha illa Allah dan seutama-utama doa adalah alhamdulillah”
  17. Tidak ada contoh dari Rasulullah Shalllahu ‘alaihi wasallam membaca doa tersebut kemudia dia kirim kepada orang yang sedang sakit atau yang telah meninggal. Adapun Ruqyah Syar’iyyah dibolehkan. Istri Nabi Wafat pada saat nabi masih hidup yaitu adalah Khadijah, dan Zainab binti ‘Uzaimah, ibunda orang-orang miskin, . Tapi tidak ada diantara mereka yang Rasulullah kirim Al-fatihah apalagi surat Yaasin. Begitu juga puti-putri, sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Tidak ada seorang pun dari mereka Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam hadiahkan Al-Faatihah. Begitu juga ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam wafat, tidak ada sahabat yang kirim Al-Faatihah kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Kalau mendoakan tentu boleh. Harus dibedakan antara mendoakan orang yang telah wafat dengan mengirim pahala bacaan. Ini dua hal yang berbeda, jangan disamakan.
  18. Ibadah yang dikerjakan dengan ikhlas dan sesuai contoh Nabi akan mendapat pahala ganjaran serta membawa ketenangan ketentermaan hati.
  19. Seorang tidak boleh bertawassul dengan Zat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, dengan kedudukan , dan kehormatan beliau, juga hak beliau, apalagi dengan orang yang dibawah Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Yang benar kalau kita datang kepada orang saleh yang masih hidup lalu kita minta doanya.
  20. Doa dan zikir adalah ibadah yang sangat mudah yang bisa dilakukan setiap hari, maka jika memenuhi adab, waktu, dan ikhlas karena Allah dan mengikuti contoh Rasul in syaa Allah doa kita akan dikabulkan dan mendapat pahala ganjaran di dunia dan akhirat.

Tanya jawab

Soal tidak dibacakan sebab yang bertanya dari pihak ikhwan dan suara nya tidak terdengar.

Jawaban 1 : Apabila manusia meninggal, maka terputus amal kecuali anak sholih yang mendoakan orang tuanya. Yang dibutuhkan orang tua kita yang telah wafat adalah doa, dan otomatis kalau kita mendoakan orang tua, kita ini dipandang anak sholih. Sholih adalah orang yang dapat menegakkan hak Allah dengan baik dan hak sesamanya dengan baik. Yang benar doa bukan kirim pahala bacaan Al-Faatiihah. Doa ada yang muqoyyad dan doa mutlak yang sifatnya boleh kapan saja, tidak terkait dengan waktu, atau keadaan tertentu. Misalnya dalam sujud, kita panjangkan sujud kita dalam rangka memperpanjang doa. Ataupun zikir yang bersifat mutlak. Sedangkan yang bersifat muqoyyad harus dengan dalil asalkan tidak ada hal-hal yang melarangnya, contoh zikir di dalam toilet.

Jawaban 2: Apa perbedaan lafaz In Syaa Allah dengan in syi’ta? In syaa Allah artinya dengan kehendak Allah, in syi’ta dengan kehendakmu. Ada sahabat dulu yang berkata “dengan kehedak Allah dan dengan kehendakmu, Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam menegur “apakah engkau hendak menjadikanku tandingan bagi Allah, maka ucapkanlah in syaa Allah, dengan kehendak Allah” atau dengan kehendak Allah semata (in syaa Allahu wahdah). Kalau mau tambahkan kalimat tsumma (kemudian) dengan kehendak Allah kemudian dengan kehendakmu. Lafaz tsumma (kemudian) berbeda dengan lafaz wa (dan), tapi yang terbaik cukup in syaa Allah saja. 

Wallahu a’lam

Jangan Bersedih

Diketik dari sebuah rekaman video ustadz Budi Ashari dalam acara di stasiun TV Trans TV – yang diunggah ulang di akun Youtube Nabawiyyah TV dengan judul Basmalah: Tuntunan Rasul tentang Kesedihan

Hidup ini antara bahagia dan sedih

Antara senang dan susah

Dan hidup ini antara keadaan yang membuat nyaman dan keadaan yang sempit

Karenanya harus ada pembahasan yang harus kita Bahasa sesuai panduan syariat tentang tema sedih

Siapapun tidak ada yang mau sedih

Kesedihan adalah hal yang memberatkan dalam kehidupan seseorang, bahkan bisa menghentikan perjalanan seseorang

Dan masalahnya pada hari ini panduan manusia sudah berubah

Bukan lagi panduan dari yang menciptakannya

Tidak ada panduan sama sekali

Sehingga orang tidak tahu harus bagaimana bersikap dalam hidup

Kehidupan menjadi lari dari satu kesedihan ke kesedihan

Ketahuilah! da dua hal yang perlu dipahami

Islam adalah agama yang tidak pernah menganjurkan kesedihan

Islam agama yang bahagia, menyenangkan, yang mendorong seseorang untuk hidup dalam kelapangan

Dan yang kedua adalah bagaimana kita bersikap Ketika kita mengalami kesedihan

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’aalaa dalam kitabnya Madaarijus Salikin menjelaskan dengan sangat dalam dengan dalil yang kuat tentang tema kesedihan

Bahwa kesedihan adalah sesuatu yang tidak pernah diajarkan dalam Islam

Tetapi kesedihan adalah sebuah tempat yang pasti disinggahi setiap kita

Ketika kita membaca Al-Qur’aanul Karim, banyak sekali memerintahkan kita untuk jangan bersedih

Kita dilarang untuk bersedih

Ketika Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikejar untuk dibunuh oleh orang-orang kafir Qurays dalam perjalanan hijrah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Kemudian Abu Bakar menangis

Maka Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan

‘Jangan bersedih, sungguh Allah bersama kita’

Begitu juga dalam ayat yang lain

Ketika Allah menceritakan bagaimana sikap kaumnya yang memusuhi beliau , Allah mengatakan

‘Wahai Muhammad jangan sedih menghadapi mereka yang memusuhimu

Bagaimana Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bersedih, beliau didustakan, dilempari, bahkan dicaci maki dan seterusnya

Tetapi ternyata Allah mengingatkan

‘Wahai Muhammad jangan sedih berhadapan dengan mereka’

Allah menjanjikan kepada kita bahwa orang-orang beriman adalah orang-orang yang akan mendapatkan hasil

‘tidak ada takutnya, tidak ada sedihnya’

Bahkan puncak dari semuanya adalah ayat

bahwa ketika orang-orang memasuki kenikmatan abadi yaitu surga Allah Ta’aalaa

Maka semua yang masuk surga akan berkata

‘segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami’

Artinya di surga, tidak ada kesedihan sama sekali

Kalau di surga tidak ada kesedihan, maka begitulah orang-orang beriman di muka bumi ini

Tidak ada takut dan tidak ada sedih dalam harapannya

Dan bahwa orang beriman sekalipun, hidup di dunia ini pasti ada sedihnya

Tapi begitu masuk surga, sedih itu hilang

Kesedihan bukanlah perintah agama, apalagi terhadap kehidupan dunia ini

Tetapi dia adalah tempat yang pasti kita singgahi

Dan Rasulullah

Sebagaimana yang disampaikan oleh sahabat mulia ‘Abdullah bin al-Haarits Radhiallahu ‘anhu

‘Aku belum pernah melihat seseorang yang paling banyak tersenyumnya melebihi Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam’

Artinya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang selalu tersenyum

Orang beriman bahkan diajari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berlindung dari kesedihan

‘Yaa Allah aku berlindung kepadamu dari kegundahan dan kesedihan’

Hamm adalah kegundahan pada sesuatu yang akan terjadi

Adapun huzn adalah kesedihan pada sesuatu yang telah berlalu

Dua-duanya kita diperintahkan syariat untuk berlindung dari keduanya

Ini tentu berbeda dengan kegundahan orang-orang sholeh yang hidup di tengah-tengah lingkungan yang rusak

Oleh para ulama disebutkan ada kesedihan karena urusan dunia, ada karena urusan akhirat

Urusan dunia misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai

Jangan sampai kesedihan dunia membuat hidup kita larut tenggelam dalam kesedihan

Dan adapun kesedihan terhadap akhirat

Orang beriman akan beramal dengan perasaan harap-dan takut

Secara umum hidup orang beriman adalah hidup yang membahagiakan, hidup yang luar biasa sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli ilmu’

‘andai para raja tahu kenikmatan yang ada dalam hati kami maka mereka akan mengambil paksa dengan pedang-pedang mereka

Ini menunjukkan raja, kekayaan, pangkat kebesaran, fasilitas ternyata bukan itu penyebab seseorang menjadi bahagia

Ternyata seseorang dengan imannya itu yang disebut membahagiakan dalam kehidupan seseorang

Adapun bagaimana ketika seseorang sedang dalam kesedihan bagaimana dia bersikap

Jangan sampai kesedihan itu membuat dia berhenti dalam langkahnya, dalam perjuangannya

Ini berbahaya

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdakwah di masyarakatnya sedih juga, ada yang menolak, mengingkari bahkan berencana membunuh beliau, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sedih melihat masyarakatnya dalam kekafiran, sedih sekali

Tapi sedih itu tidak boleh sampai mencelakai diri

Karenanya jika kita bersedih dalam urusan dunia kita, orang beriman harus mengukur banyak hal, karena sebatas apa hubungan kita dengan Allah maka sebatas itulah kita akan mendapatkan kebahagiaan

Artinya kalau hubungan kita dengan Allah kuat sekali, maka bahagia di hati kita tebal sekali

Tapi kalau lemah berhubungan kita dengan Allah maka alangkah kecilnya bahagia dalam hati kita

Dan ternyata kalau orang sedang bersedih

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha menghibur supaya sedih itu tidak berkelanjutan

Kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

‘Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu keletihan dan penyakit (yang terus menimpa), kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya.’ HR. Bukhari no. 5641

Artinya orang beriman

Mendapatkan pahala dari kesedihan yang menimpa dirinya

Untuk itu kalau ada orang yang hidupnya bersedih terus-terusan bersedih

Maka coba koreksi tentang iman kita

Tentang hubungan kita dengan Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa

Tentang dosa yang menyebabkan kita serba ragu serba gundah dalam hidup ini, jangan jangan itulah yang menjadi penyebabnya

Mari kita hilangkan itu supaya hilang kesdihan dalam hidup kita

Orang beriman diperintahkan Allah untuk berbahagia

Ketika seseorang bersedih maka dia juga diperintahkan untuk melakukan tindakan yang benar

Jangan sampai putus asa

Karena kalau putus asa dikhawatirkan dia akan melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji

Dan lihat! Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan

Orang beriman hidup dalam dua rel

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Ingatlah ayat bahwa kelak Allah akan memasukkan orang beriman kedalam surga dengan menghilangkan kesedihan mereka

Betapun sedih hidup di dunia ini

Maka kesedihan orang beriman tidak akan lama’

Dan mari kita maknai kesedihan sebagai ampunan dosa-dosa kita

Artinya lebih baik kita mendapatkan musibah ini sebagai sebuah tebusan dari dosa-dosa kita

Daripada kesalahan kita ditumpuk di akhirat dengan pertanggung jawaban yang sangat berat

Makanya ketika mendapatkan kesedihan mari kita koreksi diri kita

Dan juga ada hal yang sangat teknis

Karena hari ini ada penyakit di masyarakat

Tiba-tiba masyarakat jadi suka dengan hal-hal yang sifatnya menyedihkan, tayangan yang serba membuat hati teriris-iris , bacaan yang membuat pilu

Itu sesuatu yang tercela

Kalua anda bersedih hindarilah tempat-tempat yang membuat anda menjadi bersedih

Karena hal-hal yang seperti itu akan memicu kesedihan-kesedihan yang disenangi syetan

Dan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam manusia biasa seperti kita, tapi beliau manusia yang paling mulia

Ketika beliau ditinggal mati oleh anakmya

Ibrahim

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis

Sedih

Nabi mengatakan

Dan ini menjadi panduan untuk kita

‘Sungguh hati bersedih

Dan mata menangis

Tapi yang keluar dari lisan

Adalah sesuatu yang diridhoi Allah’

Artinya mari kita jaga lisan kita kalau sedang sedih,

Diam daripada berbicara

Karena kita khawatir malah akan berbicara yang buruk

Bahkan bisa mendoakan keburukan bagi diri kita sendiri

Maka jaga lisan, jangan berucap kecuali apa yang diridhoi Allah

Mudah-mudahan Allah memberikan kita kehidupan yang membahagiakan

Kehidupan yang ridho terhadap semua takdir yang Allah berikan kepada kita

Karena ,

Walaupun panjang malam mini

Tapi esok selalu ada pagi yang lebih bercahaya

Walaupun panjang kegelapan

Tapi esok ada harapan

Karena jangan sampai kita berlarut dalam kesedihan

Mudah-mudahan Allah berikan pahala yang besar kepada kita

Dan mudah-mudahan kelak kita akan dijadikan bagian dari orang-orang yang kelak berkata di surgaNya’

‘Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami’

Sebab-sebab Kebahagiaan

Ustadz Abu Ja’far Cecep Rahmat LC, MAG

Ahad, 12 Robi’ul Awal 1446 H

Masjid Nurul Iman Blok M Square

SEBAB-SEBAB KEBAHAGIAAN 

Adakah diantar manusia yang tidak ingin bahagia? Adakah orang yang bosan dengan bahagia? Tidak ada! Setiap manusia entah muslim atau kafir, lelaki atau wanita, pejabat atau rakyat biasa, kaya atau miskin. Harapan mereka sama, yaitu bahagia.

Setiap kita mendambakan bahagia, hanya saja pemahaman tentang kebahagiaan ini beraneka ragam. Ada yang mengira bahagia dengan harta maka mereka berusaha mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan berbagai macam cara.

Namun ketika hartanya sudah banyak bahkan sangat banyak, lama-kelamaan mereka berfikir “Apa artinya ini semua?”

Sebagian lagi mengira kebahagiaan dengan aneka permainan yang menyenangkan, bahkan melakukan hal-hal yang diharamkan Allah seperti berzina, meminum khamar dan lain sebagainya. Ini semua demi mencari kebahagiaan.

Namun apakah mereka benar-benar merasakan kebahagiaan setelah mereka mendapatkan apa yang mereka kira sebagai kunci kebahagiaan?

Sekianya tertawa adalah tanda kebahagiaan maka saudara-saudara kita yang ada di rumah sakit jiwa, merekalah orang-orang yang paling bahagia.

Tertawa dan tersenyum ini bisa dilakukan dengan mudah di depan ke kamera.

Ada orang kaya bunuh diri, ada artis bunuh diri, ada pejabat bunuh diri. Yang disangka bahagia nyatanya berpenyakit jiwa.

Saudaraku,

Yang menciptakan kita adalah Allah, yang paling mengenal kita adalah Allah, dan yang paling mengerti cara kita mendapat kebahagiaan adalah Allah. Dan sebelum Allah menciptakan kita, Allah sudah membimbing cara mendapatkan kebahagiaan itu.

Lalu, Bagaimana Allah membimbing kita untuk bahagia?

Allah menurunkan petunjuk dan hidayah dan barang siapa yang mengikuti petunjuk tersebut maka dia akan bahagia

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Taaha (123-124) 

Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.

Setiap generasi yang ada di muka bumi ini Allah utus seorang Rasul, dan Allah turunkan kitab pada setiap ummat.

Allah menurunkan AlQur’an kepada kita, mengutus Nabi Muhammad Shalllallahh’alaihi wa sallam kepada kita

Allah berfirman dalam Qur’an surat An-nisa (163) 

“Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh, dan Nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Dawud.”

Jadi Allah telah mengutus kepada kita dan manusia sampai hari kiamat nanti Al-Qur’an dan hadits yang barang siapa yang mengikutinya maka dia benar-benar berada di atas petunujuk, tidak akan sengsara dan akan berada di atas kebahagiaan, maka dia akan terbimbing kehidupannya untuk bahagia di dunia dan akhirat. 

Tiak akan diliputi rasa takut dengan masa depan, tidak khawatir, tidak gelisah, tidak resah dengan apa yang terjadi esok hari. Artinya ia akan tenang. Tidak juga bersedih hati atas apa yang hilang di dunianya pada masa lalunya. 

“Barang siapa yang berpaling dari peringatanKu” maknanya tidak mau mendengar atau dia menjauh dan menghindar. Mereka tidak mau tahu, kalaupun tahu mereka tidak mau peduli

“Maka baginya kehidupan yang sempit.”

Artinya dadanya sempit, walaupun dia tinggal di rumah yang sangat besar, tapi ketika Allah menghukum dia dengan kesempitan dadanya, maka dia selalu diliputi kekhawatiran, kegelisahan, kesedihan. Jika sudah demikian maka tidak ada yang bisa memberikan ketenangan kecuali Allah.

Kabar dari Allah pasti benar.

Dan ini buka cuma di dunia, urusannya panjang sampai di akhirat :

“Dia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?”

Ini karena mereka tidak menggunakan mata mereka untuk membaca ayat-ayat Allah. 

Kita seharusnya bersyukur, ketika Allah menciptakan kita, kita tidak dibiarkan dalam kebingungan, tapi dimbimbing dalam AlQur’an dan Assunnah

Yang kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam :

Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At-Ta’zhim wa Al-Minnah fi Al-Intishar As-Sunnah, hlm. 12-13).

Maka seharusnya kita bersegera untuk mempelajari Al-Qur’an dan Assunnah sebagai pedoman hidup dan sumber kebahagiaan. 

Beriman dan beramal sholeh. 

Mungkin kita mengatakan “saya sudah beriman tapi kenapa belum bahagia”

Ketahuilah bahwa iman itu bertambah dan berkurang.

Mungkin kita tidak kehilangan iman sama sekali, tapi iman bisa turun. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiaatan. 

Kebahagiaan kita juga naik turun, sejauh mana keimanan kita sejauh itu pula kebahagiaan kita.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nahl (97) 

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Kebahagiaan,ketenangan, sikap qona’ah, rejeki yang halal dan semua kebaikan-kebaikan di dunia. Allah akan memberikan segala kebaikan bagi orang yang beramal sholeh dalam keadaan dia beriman, dan kami akan balas mereka dengan surga yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. 

Terlebih masuk surga adalah kesuksesan yang sesungguhnya. 

“Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia telah beruntung” (QS. Ali ‘Imran [3]: 185).

Bahkan sekiranya kita menjadi orang yang paling miskin didunia, kita masih bisa menjadi orang yang paling bahagia di dunia. 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Di dunia itu terdapat surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka dia tidak akan memperoleh surga akhirat.”

Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa surga dunia adalah mencintai Allah, mengenal Allah, senantiasa mengingat-Nya, merasa tenang dan thuma’ninah ketika bermunajat pada-Nya, menjadikan kecintaan hakiki hanya untuk-Nya, memiliki rasa takut dan dibarengi rasa harap kepada-Nya, senantiasa bertawakkal pada-Nya dan menyerahkan segala urusan hanya pada-Nya.

Allah berhak memberikan kebahagiaan kepada siapa yang dikehendakinya, dan Allah berikan itu kepada orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. 

Para salaf mengatakan,

لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ

Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang.”

Ketika Allah menyebutkan tentang keadaan wali-wali Allah dalam surat Yunus 

“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (62) 

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.” (63) 

“Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung.” (64) 

Maka jangan mengukur diri kita dengan dunia, jangan juga mengukur orang lain dengan dunia.

Dan ukurlah kebahagiaan itu dengan keimanan. 

Sebab iman itu bertingkat-tingat dan iman itu juga butuh ilmu, semakin punya ilmu semakin kuat imannya, semakin bahagia dia. 

Ilmu tentang Allah, tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, tentang agama islam, ini semua butuh ilmu. 

Misalnya ilmu tentang takdir. Orang yang beriman kepada takdir pasti akan selalu bahagia sebab tidak akan merasakan iri dengki. Karena dia tahu Allah sudah menetapkan ukuran masing-masing dengan keadilan dan ilmu Nya. 

Sebagian kita sangat sulit untuk bangkit dari ujian atau musibah. Jangan begitu. Hidup itu tidak selalu di atas, tidak selalu isinya kesuksesan, kenikmatan. 

Dan orang beriman adalah orang yang paling siap menghadapi segala situasi dan kondisi

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Maka nikmat apa saja sukuri. Syukuri dengan hati, lisan dan amal perbuatan. Di antara bentuk syukur mereka ialah berbagi (zakat (wajib), sedekah (sunnah). Sedekah tidak akan mengurangi harta. 

Dan sabar ketika ditimpa musibah. 

Dia (Ya’qub) menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (Qur’an Surat Yusuf: 86)

Sabar adalah menahan hati dari kegoncangan menahan lisan dan juga diri dari tindakan-tindakan yang tidak menujukkan kesabaran

Sebab dunia ini sedihnya akan berakhir, dan ujiannnya juga akan berakhir dengan kematian.

orang yang mengingat akhirat maka kaya miskin, dipuji dicela, sama, karena ini urusannya hanya dunia.

Jika kita sudah merasa beriman tapi sering merasa tidak bahagia maka muhasabah sejauh mana ilmu, iman dan amal sholeh kita.

Amal sholeh adalah amal yang dilakukan ikhlas dan sesuai petunjuk Rasulullah shallllallahu ‘alaihi wa sallam

—-

Kebahagiaan bukan ditentukan penilaian orang lain, tidak usah peduli orang lain menilai kita tidak bahagia, tidak perlu kita jadi sedih karena orang bilang kita ga bahagia.

Orang yang ingin mengumumkan dia bahagia sebetulnya dia belum bahagia. Pamer itu semu karena kita hanya memamerkan satu sisi sedang satu sisi yang ada keburukan kita sembunyikan.

Tahadduts binni’mah (menunjukkan bekas-bekas nikmat Allah) hanya kepada orang-orang yang dekat dengan kita dan kita tahu bahwa mereka mencintai kita karena Allah, adapun secara umum ada orang yang benci, enek, dan tidak suka dengan kita itu hanya mendatangkan hasad kepada kita.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk hambaNya yang apabila diberi nikmat selalu bersyukur, dan apabila diuji dengan musibah senantiasa bersabar, dan apabila terjatuh dalam dosa cepat kembali bertaubat. Aamiin

Wallahu a’lam.

Saudariku, Tundukkan Pandanganmu!

Kau mengira bahwa perintah menundukkan pandangan hanya untuk lelaki?

Hei, sebab wanita adalah saudara kandung laki-laki1, maka wanita pun terfitnah oleh lelaki!2

Bukankah Allah telah mengabarkan kepada kita bahwa sang istri pembesar Mesir telah secara terang-terangan menggoda Yusuf.

Bahkan wanita-wanita yang mencela perbuatan istri pembesar Mesir juga tanpa sadar telah mengiris-ngiris jari mereka begitu melihat ketampanan Nabi Yusuf.

Duhai Saudariku, dimanakah akan kau letakkan cintamu pada suamimu jika kau biarkan pandanganmu terbius ketampanan lelaki lain, yang kemudian berubah menjadi panah setan beracun yang merusak cintamu pada suamimu

Sunggu Allah telah memberi kita sebaik-baik teladan pengajaran

Ialah Ummul Mukminiin, Ummu Salamah yang ketika kematian suaminya, Abu Salamah maka ia berdoa dengan doa yang diajarkan Nabi ﷺ ketika ditimpa musibah.3

Maka ia berdoa :

“Yaa Allah berilah aku pahala atas musibahku ini”

namun ketika akan masuk pada untaian doa selanjutnya yakni “dan berilah ganti dengan yang lebih baik”

Maka Ummu Salamah tiba-tiba terdiam. Lidahnya kelu untuk berucap. Ia ragu. Terbetik di hatinya “Siapakah yang lebih baik dari Abu Salamah?”

Namun karena ini adalah Sunnah Nabi ﷺ maka Ummu Salamah tetap melanjutkan doanya

Bukankah salah satu sebab kecintaan ini lahir karena Ummu Salamah tidak pernah mengenal lelaki lain, sehingga ia merasa suaminya, Abu Salamah adalah lelaki terbaik.

Dan ini sudah menjadi kaidah yang umum, bahwa semakin seseorang bermaksiat kepada Allah, maka akan Allah cabut kenikmatan yang halal dari hatinya.

Setelah selesai masa ‘iddah nya, maka Ummu Salamah dilamar Abu Bakar.

Kembali hatinya berkata “Abu Bakar tidak lebih baik dari Abu Salamah”

Kemudian datang ‘Umar dan hatinya juga berkata “Umar tidak lebih baik dari Abu Salamah”.

Tentu Abu Bakar adalah manusia yang terbaik setelah Rasulullah ﷺ, kemudian Umar bin al-Khattab, kemudian Ustman bin ‘Affan4. Abu Bakar dan Umar lebih utama dari Abu Salamah.

Hingga kemudian Allah memuliakan Ummu Salamah dengan datangnya pinangan dari Rasulullah ﷺ.

Dan jadilah Ummu Salamah termasuk dalam barisan Ummahaatul Mukminiin, Ibunya orang-orang beriman.


Kisah selanjutnya tak kalah menakjubkan

Ialah Ummu Darda’, istri dari Abu Darda’

Yang ketika kematian Abu Darda’ ia enggan menikah lagi

Padahal telah datang Muawiyah bin Abi Sufyan melamarnya

Siapa yang tak kenal Muawiyah? Panglima hebat nan pemberani

Dan usianya ketika itu masih sangat muda

Ummu Darda’ pernah berkata ketika Abu Darda’ ketika akan meninggal dunia

“Wahai Abu Darda, engkau telah melamarku dari keluargaku di dunia dan akhirnya mereka menikahkan engkau denganku. Sekarang aku melamarmu untuk di akhirat maka hendaknya kau terima lamaranku”

Abu Darda menjawab “Kalau begitu jangan engkau menikah lagi sepeninggalku”

Dan Ummu Darda’ benar-benar memenuhi permintaan Abu Darda’.


Adalagi Nailah binti Farafishah yang terkenal cantik jelita, suaminya adalah ‘Ustman bin Affan. Ketika ‘Ustman wafat usia Nailah kala itu masih sangat muda sekali.

Nailah, kalau dia sudah bicara dan terlihat giginya maka sangat indah sekali giginya tersebut. Dan keindahan itulah yang membuat banyak lelaki yang ingin meminangnya.

Maka Nailah akhirnya mematahkan salah satu bagian giginya (yang membuatnya semakin cantik) supaya tidak ada yang melamarnya lagi.

Karena Nailah tidak ingin cintanya pada ‘Ustman luntur, dan dia ingin bersama ‘Ustman di akhirat nanti.


Berawal dari Rasa Malu

Maka kututup kisah teladan mulia ini dengan sebuah ayat mulia yang menceritakan wanita mulia, putri dari seorang Nabi, dan kemudian menikah dengan seorang Nabi (Nabi Musa ‘alaihissalam)

“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” (Qur’an Surat. Al-Qashash: 23)

Kemudian, dua ayat selanjutnya menceritakan lagi tentang sifat pemalu wanita ini:

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata, “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” (Qur’an Surat. Al-Qashash: 25).

Saudariku, sungguh malu itu bagian dari iman, dan sunggu rasa malu akan membimbing kepada kebaikan.

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْۚذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْۗإِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖوَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖوَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚوَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”

Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur: 30-31)

Baarokallahu Fiikunna Wa Jazaakunnallahu Khayran

Sumber :

Rangkuman Kajian via Youtube : Ustadz ‘Abdurrahman Zahier, Ustadz Syafiq Riza Basalamah, dan Ustadz Firanda Andirja

Website : https://muslim.or.id/66424-wanita-pun-terfitnah-oleh-lelaki.html

https://muslimah.or.id/8922-bila-cinta-dalam-hati-bersemi.html

  1. Hadits dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha (HR. Abu Daud no. 236, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud). ↩︎
  2. Terjadi khilafiyah. Hukum asalnya wanita boleh memandang laki-laki selama tidak timbul syahwat dan memandang sebatas anggota tubuh yang bukan aurat. ↩︎
  3. Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
    Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” HR. Muslim no. 918 ↩︎
  4. Riwayat al-Bukhâri ↩︎

Never Ending Story

Semua istri Nabi ﷺ tahu bagaimana kedudukan ‘Aisyah رضي الله عنها di hati Nabi ﷺ, dan ‘Aisyah رضي الله عنها tidak pernah cemburu kepada istri-istri Nabi ﷺ yang lain melainkan ‘Aisyah رضي الله عنها sangat cemburu kepada Khadijah رضي الله عنها , Padahal Ibunda Aisyah رضي الله عنها tidak pernah melihatnya.

Ialah Khadijah رضي الله عنها, wanita surga yang Nabi ﷺ tak pernah berhenti mendoakan dan menyebutkan kebaikannya. Aisyah رضي الله عنها berkata tentang Khadijah رضي الله عنها “Nabi ﷺ tidaklah menyebutnya kecuali Nabi ﷺ memujinya’


Aisyah رضي الله عنها berkata “Jarang Nabi ﷺ keluar rumah tanpa terlebih dahulu menyebut Khadijah رضي الله عنها. Ia disanjung dan namanya disebut Nabi ﷺ dari hari ke hari. Aku cemburu, kukatakan pada Nabi ﷺ “Bukankah ia hanya seorang wanita tua? Sungguh Allah telah memberimu ganti yang lebih baik”.

Nabi ﷺ kemudian gusar dan warna mukanya berubah menjadi merah

“Tidak. Demi Allah, Allah tidak memberiku ganti yang lebih baik daripadanya.

Dia beriman ketika semua orang ingkar,

Dia membenarkanku dikala semua orang mendustakanku

Ia mencurahkan hartanya ketika semua orang menahannya

Darinya Allah mengaruniakanku anak dan perempuan lain tidak.”

Ibunda Aisyah رضي الله عنها menyesali kata-katanya.”Sejak hari itu, aku tak lagi menyinggung soal Khadijah رضي الله عنها.


Nabi ﷺ seringkali menanyakan kabar sahabat-sahabat dan kerabat Khadijah رضي الله عنها.

Jika menyembelih kambing, Rasulullah ﷺ selalu memberikan bagian sembelihan terbaik kepada sahabat-sahabat Khadijah رضي الله عنها.


Rasulullah ﷺ pernah menyambut seorang perempuan tua dengan begitu ramahnya. Rasulullah ﷺ memuliakan dan bersikap lembut padanya hingga Aisyah رضي الله عنها heran melihat sikap dan perilaku Rasulullah ﷺ terhadap perempuan tua itu. Rasulullah ﷺ lantas berkata kepada Aisyah “Wanita ini pernah datang kepada kami saat Khadijah رضي الله عنها masih hidup”


Rasulullah ﷺ memuliakan Zafar, tukang sisir yang selalu datang saat Khadijah رضي الله عنها masih hidup. Rasulullah ﷺ mengingatnya saat Zafar sudah tua. Setiap kali Zafar datang ke Madinah, ia selalu mengunjungi Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ pernah memberikan daging dan memilihkan daging yang baik-baik lantas mengirimkannya kepada perempuan itu. Rasulullah ﷺ berkata “Khadijah رضي الله عنها pernah berpesan agar aku selalu memperhatikannya.”


Suatu saat ada seorang perempuan meminta izin padanya. Mendengar suara itu, Rasulullah ﷺ gemetar dan hatinya gembira, suara itu mirip sekali dengan suara Khadijah رضي الله عنها. Segera setelah sadar Rasulullah ﷺ menyebut “Ya Allah ternyata Halah”. Halah adalah saudari Khadijah رضي الله عنها yang datang bertamu kepada beliau. Rasulullah ﷺ lantas menyambutnya dengan sangat ramah dan memuliakannya.


Setelah Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, Nafisah bint Muniyah berkirim salam kepada Rasulullah ﷺ. Ketika bertemu dengannya, Rasulullah ﷺ sangat senang. Rasulullah ﷺ ingat bahwa tangan Nafisah ikut andil dalam pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Khadijah رضي الله عنها, Beliau ﷺ lantas memuliakannya.


Ialah Khadijah رضي الله عنها, Wanita Qurays yang berkedudukan tinggi lagi mulia dengan keluhuran akhlaknya yang membuat para pembesar Arab berebut mempersuntingnya

Ialah Khadijah رضي الله عنها, wanita yang terhormat dan terpandang di kalangan Qurays dari garis keturunan yang mulia

Ialah Khadijah رضي الله عنها, wanita suci yang jauh dari segala kemusyrikan dan kerendahan akhlak tatkala Mekkah kala itu penduduknya berada di puncak kerusakan moral dan penyembahan terhadap berhala

Ialah Khadijah رضي الله عنها perempuan terkaya di kalangan Qurays yang dalam berniaga Khadijah رضي الله عنها memakai jasa lelaki untuk menjualkan dagangannya dengan sistem bagi hasil, sehingga Khadijah bisa menetap di rumah untuk mengurusi anak-anaknya

Ialah Khadijah رضي الله عنها, yang tergerak hatinya ketika orang-orang Qurays menyebut-nyebut tentang Al-Amin, terlebih setelah Khadijah mendengar kisah-kisah mengagumkan dari Maisarah, padahal sebelumnya Khadijah tidak memiliki keinginan untuk menikah lagi setelah kepergian kedua suaminya

Ialah Khadijah رضي الله عنها, yang memilih Nabi Muhammad ﷺ untuk menikah dengannya


Inilah dia istri yang bersemangat mempersiapkan perbekalan ketika suaminya mulai ingin menyendiri (ber ‘uzlah ketika Allah akan mengangkat beliau menjadi seorang Nabi)

Di Mekkah, yang langitnya menjadi saksi bagaimana Nabi ﷺ ketakutan, hampir-hampir Nabi ﷺ khawatir dirinya ditimpa kemudharatan ketika didatangi Jibril kalau tidak segera ditenangkan oleh kalimat sejuk Khadijah رضي الله عنها

“Sekali-kali tidak, bergembiralah, Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinakanmu selamanya! Karena engkau senantiasa menyambung tali silaturahmi, berkata jujur, membantu orang yang tidak mampu, memuliakan tamu, dan membantu orang yang terkena musibah.”

Istri sholehah nan cerdas inilah yang kemudian membawa sang suami untuk segera menemui Waraqah bin Naufal yang memberi kabar bahwa apa yang menemui Nabi ﷺ adalah yang sama yang pernah mendatangi Musa (Jibril)

Khadijah bukan sekedar wanita pertama yang masuk Islam, melainkan dialah orang pertama yang beriman! dialah orang pertama yang diajarkan wudhu dan shalat bersama Rasullullah ﷺ.

Khadijah menyaksikkan betapa bengisnya kejahatan musyrikin Qurays kepada orang-orang beriman

Di Dinding Ka’bah lah digantung kertas perjanjian bengis yang menyeru untuk memboykot Bani Hasyim, sehingga seluruh Bani Hasyim harus tinggal di sela-sela gunung (Syi’ib Abi Thalib)

Mereka terpaksa memakan daun-daun kering dan kulit-kulit, begitu dahsyatnya kelaparan saat itu hingga banyak anak-anak yang meninggal

Selama 3 tahun yang penuh kesulitan itu, Khadijah رضي الله عنها yang bukan Bani Hasyim setia mendampingi Nabi ﷺ


Hingga tiga tahun sebelum Nabi ﷺ berhijrah ke Madinah, Khadijah رضي الله عنها wafat. Nabi ﷺ sangat bersedih atas wafatnya Khadijah رضي الله عنها, sampai-sampai para ahli sejarah menamakan tahun wafatnya Khadijah رضي الله عنها dengan tahun kesedihan bagi Nabi ﷺ.

­Setelah wafatnya Khadijah رضي الله عنها, kecintaan Nabi ﷺ tetap melekat di hati beliau ﷺ seakan-akan tidak ada wanita di dunia ini kecuali Khadijah.


Inilah kisah Khadijah رضي الله عنها yang menakjubkan,

Khadījah رضي الله عنها yang setia mendukung perjuangan dakwah sang suami di awal-awal Islam, namun Khadijah tidak pernah merasakan kelezatan hidup saat Islam berjaya.

Tersebab Khadijah رضي الله عنها wafat sebelum Rasulullah ﷺ memperoleh kemenangan-kemanangan.

Khadijah رضي الله عنها wafat di masa-masa dimana Islam ditekan, para shahabat dibunuh dan diintimidasi oleh orang-orang kafir Quraisy.

Khadijah رضي الله عنها ditinggalkan oleh teman-temannya, wanita-wanita Quraisy tidak ingin berteman dengan Khadijah رضي الله عنها karena dia mengikuti suaminya.

Namun sungguh Khadijah رضي الله عنها dengan keimananan yang memenuhi hatinya tidak akan pernah bersedih!

Sungguh Allah Rabb alam semesta telah berkirim salam untuk Khadijah رضي الله عنها

Begitu juga, Sayyidul Malaaikah, Jibril

Yang mengabarkan bahwa baginya rumah di surga yang terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya.”

Sungguh balasan yang terindah, karena Khadijah رضي الله عنها selama pernikahannya selama 25 tahun bersama Nabi ﷺ tidak pernah mengangkat suaranya di hadapan Nabi ﷺ

Justru istri yang mulia ini telah menghilangkan seluruh keletihan dari suaminya, menghilangkan rasa kesendirian suaminya, bahkan meringankan seluruh kesulitan suaminya,

Khadijah رضي الله عنها, wanita yang sangat disayangi Nabi ﷺ, sehingga Nabi ﷺ tidak menikahi wanita lain semasa hidup bersama Khadijah رضي الله عنها

Sungguh, Nabi ﷺ sangat bangga dengan cinta pertamanya sampai mengatakan “Sungguh aku dikaruniai Allah rasa cinta kepada Khadijah’

Semoga Allah memberikan balasan yang setinggi-tingginya kepada Khadijah رضي الله عنها yang telah banyak berjasa sehingga tersebarnya Islam yang didakwahkan oleh suaminya, Rasulullah ﷺ.

Sumber :

Buku : Bilik-bilik Cinta Muhammad Karya Nizar Abazhah

Youtube : Firanda Andirja dan Kajian Budi Ashari

Website : www.firanda.com, www.rumaysho.com


Sebuah kisah haru bagaimana Nabi ﷺ merasa sedih tatkala Zainab putri Nabi menebus suaminya yang kala itu masih musyrik dan menjadi tawanan perang Badar. Zainab menebus suaminya dengan kalung pemberian sang Ibunda yang diberikan saat malam pengantin Zainab. Itulah satu-satunya harta yang dimiliki Zainab yang terpaksa ia gunakan untuk menebus suaminya yang menjadi tawanan perang Badar.

Melihat kalung itu ingatan Rasulullah ﷺ melayang jauh. Itulah kalung yang setiap hari Rasulullah ﷺ lihat menempel di leher Khadijah, hingga Rasulullah ﷺ tak kuasa dan meminta kepada para Sahabat agar suami Zainab dibebaskan tanpa mengambil harta tebusan dari sang istri, yaitu Zainab putri Rasulullah. Berikut saya lampirkan kisah lengkapnya:

Kalung Sang Kekasih

(sumber : https://firanda.com/sirah-nabi-18-mengapa-nabi-sangat-mencintai-khadijah/ )

Ibnu Ishaq rahimahullah berkata dalam sirohnya :

“Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’ adalah salah seorang dari penduduk kota Mekah yang dikenal dengan perdagangannya, hartanya yang banyak, serta terkenal dengan sifat amanah. Abul ‘Ash adalah keponakan Khadijah (karena Ibu Abul ‘Ash adalah Halah binti Khuwailid, saudari perempuan Khodijah Binti Khuwailid radhiallahu ‘anhaa).

Khadijahlah yang telah meminta Rasulullah ﷺ untuk menikahkan Abul ‘Aash dengan Zainab putri Rasulullah ﷺ. Dan Nabi tidak menyelisihi permintaan Khadijah, maka Nabi pun menikahkan putrinya Zainab dengan Abul ‘Ash. Pernikahan ini terjadi sebelum turun wahyu (sebelum Nabi diangkat menjadi seorang Nabi). Bahkan Nabi menganggap Abul ‘Ash seperti anak sendiri.

Tatkala Allah memuliakan Nabi dengan wahyu kenabian maka berimanlah Khadijah serta seluruh putri-putrinya termasuk Zainab, akan tetapi Abul ‘Ash (suami Zainab) tetap dalam keadaan musyrik.

Nabi juga telah menikahkan salah seorang putrinya (Ruqayyah atau Ummu Kaltsum) dengan putra Abu Lahab yaitu ‘Utbah bin Abi Lahab.

Tatkala Nabi mendakwahkan perintah Allah dan menunjukkan permusuhan kepada kaum musyrikin maka mereka berkata, “Kalian telah membuat santai Muhammad dari kesulitannya, kembalikanlah putri-putrinya agar ia tersibukkan dengan putri-putrinya!!”.

Merekapun mendatangi ‘Utbah putra Abu Lahab lalu berkata, “Ceraikanlah putri Muhammad, niscaya kami akan menikahkan engkau dengan wanita Quraisy mana saja yang kau kehendaki!”. ‘Utbah berkata, “Aku akan menceraikannya dengan syarat kalian menikahkan aku dengan putrinya Sa’id bin Al-‘Ash”. Akhirnya mereka menikahkan ‘Utbah dengan putri Sa’id bin Al-‘Ash dan ‘Utbah pun menceraikah putri Nabi sebelum berhubungan tubuh dengannya. Dengan perceraian tersebut Allah telah memuliakan putri Nabi dan sebagai kehinaan bagi ‘Utbah. Setelah putri Nabi diceraikan oleh ‘Utbah, dia kemudian dinikahi oleh ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu.

Para pembesar-pembesar kafir Quraisy pun mendatangi Abul ‘Ash lalu mereka berkata, “Ceraikanlah istrimu itu, kami akan menikahkan engkau dengan wanita mana saja yang engkau sukai dari Quraisy!” Abul ‘Ash berkata, “Demi Allah aku tidak akan menceraikan istriku, dan aku tidak suka istriku diganti dengan wanita Quraisy mana saja.” (Perkataan Ibnu Ishaq ini dinukil oleh Ibnu Hisyam dalam sirohnya 1/651-652 dan Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah 3/379)

Khadijah radhiallahu ‘anhaa memiliki sebuah kalung yang dipakainya. Tatkala Zainab putrinya menikah dengan keponakan Khadijah Abul ‘Ash maka Khadijah menghadiahkan kalung tersebut kepada Zainab untuk dikenakan oleh Zainab tatkala malam pengantin dengan Abul ‘Ash.

Setelah Nabi diberi wahyu kenabian maka seluruh putri-putri Nabi masuk Islam. Adapun Abul ‘Ash suami Zainab tetap dalam kemusyrikannya.

Ibnu Ishaq rahimahullah berkata, “Rasulullah tatkala di Mekah tidak bisa menghalalkan dan mengharamkan, beliau tidak berkuasa. Islam telah memisahkan antara Zainab dengan Abul ‘Ash bin Ar-Robi’, hanya saja Rasulullah tidak mampu untuk memisahkan mereka beruda. Zainab pun tinggal bersama Abul ‘Ash yang dalam keadaan musyrik hingga Rasulullah berhijrah ke Madinah. Tatkala terjadi perang Badar, sala satu pasukan Quraisy adalah Abul ‘Ash bin Ar-Robi’ yang akhirnya menjadi tawanan perang Badar, dibawalah ia ke sisi Rasulullah ﷺ di Madinah.” (Sebagaimana dinukil oleh Ibnu Hisyam dalam sirohnya 1/252 dan Ibnu Katsir dalam Al-Bidaayah wa An-Nihaayah 3/379-380)

Lalu Nabi ﷺ memberikan kesempatan kepada penduduk Mekah yang mau membebaskan para tawanan perang Badar untuk membayar tebusan. Diantara mereka ada yang dibayar hingga 4000 dirham (sekitar 400 dinar, dan satu dinar kurang lebih 4 1/4 gram emas) seperti Abu Wada’ah, ada yang ditebus dengan 100 uqiyah (sekitar 3 kg emas, karena 1 uqiyah sekitar 30 gram emas) seperti Al-Abbas bin Abdil Muttholib, dan ada yang hanya 40 uqiyah seperti Al-‘Aqil bin Abi Thalib. (Lihat As-Siiroh An-Nabawiyah fi Dhai’ Al-Mashadir Al-Ashliyah hal 359)

Kalung Yang Mengingatkan Nabi Kepada Cinta Pertamanya

Tatkala Zainab yang berada di Mekah mendengar bahwa suaminya Abul ‘Ash menjadi tawanan perang di Madinah maka ia pun hendak menebus suaminya. Akan tetapi Zainab tidaklah memiliki apa-apa untuk menebus sang suami yang ia cintainya, kecuali hanya sedikit harta dan kalung pemberian ibunya Khadijah sebagai hadiah pernikahannya dengan suaminya.

Aisyah radhiallahu ‘anhaa berkata :

لَمَّا بَعَثَ أَهْلُ مَكَّةَ فِى فِدَاءِ أَسْرَاهُمْ بَعَثَتْ زَيْنَبُ فِى فِدَاءِ أَبِى الْعَاصِ بِمَالٍ وَبَعَثَتْ فِيهِ بِقِلاَدَةٍ لَهَا كَانَتْ عِنْدَ خَدِيجَةَ أَدْخَلَتْهَا بِهَا عَلَى أَبِى الْعَاصِ. قَالَتْ فَلَمَّا رَآهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- رَقَّ لَهَا رِقَّةً شَدِيدَةً وَقَالَ «إِنْ رَأَيْتُمْ أَنْ تُطْلِقُوا لَهَا أَسِيرَهَا وَتَرُدُّوا عَلَيْهَا الَّذِى لَهَا». فَقَالُوا نَعَمْ. وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَخَذَ عَلَيْهِ أَوْ وَعَدَهُ أَنْ يُخَلِّىَ سَبِيلَ زَيْنَبَ إِلَيْهِ وَبَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- زَيْدَ بْنَ حَارِثَةَ وَرَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ فَقَالَ «كُونَا بِبَطْنِ يَأْجِجَ حَتَّى تَمُرَّ بِكُمَا زَيْنَبُ فَتَصْحَبَاهَا حَتَّى تَأْتِيَا بِهَا»

“Tatkala penduduk Mekah mengirim harta untuk menebus para tawanan mereka, maka Zainab pun mengirim sejumlah harta untuk menebus suaminya Abul ‘Ash, Zainab mengirim bersama harta tersebut sebuah kalung yang dahulunya milik Khadijah, Khadijah memberikan kalung tersebut kepada Zainab tatkala Zainab menikah dengan Abul ‘Aash. Tatkala kalung tersebut dilihat oleh Rasulullah ﷺ maka Rasulullah pun sangat sedih kepada Zainab. Beliau berkata (kepada para sahabatnya), “Apakah kalian bisa membebaskan tawanan Zainab dan kalian kembalikan lagi kalungnya??” Maka para sahabat berkata, “Iya Rasulullah.” Akan tetapi Rasulullah ﷺ mengambil janji dari Abul ‘Ash agar membiarkan Zainab ke Madinah. Lalu Rasulullah mengirim Zaid bin Haritsah dan seorang lagi dari Anshar (untuk menjemput Zainab), beliau berkata kepada mereka berdua, “Hendaknya kalian berdua menunggu di lembah Ya’jij hingga Zainab melewati kalian berdua, lalu kalian berdua menemaninya hingga kalian membawanya ke Madinah.” (HR Abu Dawud no 2694 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

Ketika Nabi ﷺ melihat kalung tersebut maka Nabi sangat bersedih mengingat kondisi putrinya Zainab yang bersendirian di Mekah, dan juga sangat sedih karena mengingat kembali cinta pertamanya Khadijah radhiallahu ‘anhaa dan bagaimana kesetiaan istrinya tersebut. Karena kalung tersebut dahulu adalah milik Khadijah dan dipakai oleh Khadijah di lehernya. (Lihat ‘Auunul Ma’buud 7/254). Kalung tersebut mengingatkan beliau kepada Khadijah yang sangat dicintainya yang merupakan ibu dari anak-anaknya. (Lihat Al-Fath Ar-Rabbaniy 14/100-101). Hal inilah yang menjadikan Nabi membebaskan Abul ‘Ash suami putrinya Zainab dan sekaligus keponakan Istrinya Khadijah tanpa tebusan sama sekali.

Untukmu Saudariku

Kalau kita lelah dengan perintah berhijab…biarlah kisah hidup generasi terbaik, para Shahabiyat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi nasihat terbaik bagi kita.

Ummul Mukminin Aisyah Radhiallahu anha berkata, bahwa ketika turun ayat

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka “ AnNur 31

Seketika itu juga kaum lelaki pulang, menemui istri, anak, dan saudari mereka untuk membacakan kepada mereka apa yang telah diturunkan kepada mereka melalui lisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka seketika itu juga tidak ada seorangpun dari mereka yang tidak berdiri untuk mengambil kerudungnya dan memakainya dengan penuh keyakinan dan keimanan terhadap perintah Allah. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan para wanita mengambil sarung mereka dan menyobeknya dari samping untuk memakainya sebagai kerudung.


Ada juga kisah mutiara lain dari ummul mukminin Aisyah Radhillahu anha yang telah memberikan pelajaran yang agung bagi para wanita di alam semesta ini.

Al Hakim di dalam Mustadraknya meriwayatkan dari Aisyah Radhiallahu anha bahwa dia berkata

“Aku masuk kedalam rumahku yang didalamnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayahku (dikuburkan), aku menanggalkan pakaianku dan aku berkata, ‘Mereka berdua adalah suamiku dan bapakku’. Namun ketika Umar Radhiallahu ‘anhu dikuburkan disamping mereka berdua, demi Allah, aku tidak mendatanginya kecuali aku berpakaian rapat karena malu kepada Umar Radhiallahu ‘anhu.


Atau sikap Ibunda Fathimah bint Rasulullah, yang memiliki rasa kagum dan jatuh cinta. Bukan, bukan pada kain sutera atau selendang indah nan mewah, melainkan hanya pada beberapa pelepah kurma basah, yang kemudian ditata lalu ditutup dengan kain yang akan digunakan untuk keranda mayat.

Karena sebelumnya Fathimah pernah berkata kepada Asma binti Umais “Sungguh aku tidak suka dengan keranda mayat yang digunakan untuk wanita, dia (hanya) ditutup dengan kain sehingga memperlihatkan lekuk tubuhnya”

*Penjelasan : disebutkan bahwa bentuk keranda mayat pada saat itu, tidaklah sama dengan saat ini, sehingga Ibunda Faathimah sangat malu untuk menggunakannya karena takut lekuk tubuhnya terlihat. Dengan ditutupi pelepah kurma dan kain, maka ini akan sangat menutupi tubuh mayit dengan sempurna

Lihatlah betapa Ibunda Fathimah  yang sangat malu untuk keluar diantara para lelaki sedang ia khawatir lekuk tubuhnya terlihat (ketika ia sudah meninggal).

Biarlah pelajaran dari sifat malu yang mengakar pada dua sosok manusia mulia ini menjadi hikmah, dan teladan bagi kita, para wanita beriman. Karena Rabb kita telah mengkhususkan ayat ini untuk kita:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan hendaklah kalian tetap berada di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah terdahulu” (Al Ahzab: 33).

Wallahu a’lam.

Sumber:

Buku : Para Shahabiyat Nabi (Shallallahu ‘alaihi wa sallam) Oleh: Syaikh Dr. Abdul Hamid as-Suhaibani, Darul Haq

Di Negeri Al Fatih

Kehidupan wakaf di Turki

Turki pernah berdiri dengan kekhalifahannya selama 500 tahun di bawah pemerintahan Islam dengan Islambu (Isltanbul) sebagi pusat kekhalifahan).

Negeri ini pun dikenal dengan sejarah wakafnya yang sangat tua. Sejak masa kekuasaan Turki Ustmani, masa pemerintahan Ottmaniah, wakah telah menghidupi berbagai pelayanan publik . Bekas dari masa keemasan ini masih bisa dilihat di berbagai tempat di Turki, seperti sekolah, masjid megah, rumah sakit, perpustakaan, perumahan, dan sebagainya. Bahkan dikatakan bahwa di tahun 1923, dua pertiga dari total tanah yang potensial untuk ditanami di negeri tersebut merupakan tanah wakaf. Allahu Akbar!

Bicara wakaf di Turki itu sangat luar biasa . Tahun 1451 Masehi, saat Al Fatih diangkat menjadi khalifah di usia 19 tahun, ada beberapa harta wakaf yang wajib dikelola, yaitu

  • 207 masjid, dan masjid di Turki itu besar-besar, seperti Masjid Sulaimaniah, Masjid Sultan Ahmed
  • 24 sekolah wakaf
  • 32 hammam (bukan sekedar kamar mandi tapi bisa di katakan pemandian umum yg memiliki tempat refleksi
  • 12 rumah bagi musafir
  • Dan Pasar

Dan saat itu ada 183 distrik (wilayah perumahan) pemukiman wakaf yang harus dikembangkan Al Fatih.

Hingga akhirnya mengalami kemerosotan pada revolusi Kemal Attaturk (1924) dengan sekularisasi sebagai agenda utamanya, saat itu pula negara-negara Arab terpecah menjadi beberapa negara yang sebelumnya tidak ada, karena berada di bawah ke khalifahan Islam.

Namun rupanya, jejak warisan Ustmani masih sulit dihapuskan oleh rezim sekuler.  Turki ini, dibawah kepemimpinan Erdogan mulai bangkit kembali dengan membawa syiar-syiar Islam, sekolah-sekolah Islam, aktifnya Adzan,  seakan mengembalikan ingatan masa silam akan Daulah Turki Ustmani yang pernah hadir di Turki. Bahkan kini Turki menjadi salah satu negara yg menjadi role model untuk per wakafan.

Sumber : Tabloid Al-Hikmah dan website www.rumahwaqaf.org

Aku Ingin Bahagia

Dirangkum dari Yufid TV, Ustadz Firanda Andirja Hafidzahullah

Sering kita temui, orang-orang yang bergelimang harta, tapi ternyata harta itu tidak membawanya menjadi bahagia, sedangkan ia malah terpuruk dalam kemewahan hartanya. Padahal ada pula orang-orang yang hanya tinggal di gubuk tapi bisa tersenyum setiap hari bersama keluarganya

Atau orang yang punya jabatan tinggi, namun merasa stress dan tertekan dengan tuntutan kerja sehingga mengakhiri hidupnya dengan meminum racun yang mematikannya.

Atau orang kaya yang sangat sibuk sampai membuat ia lalai dari keluarganya sehingga  ia kehilangan cinta dari rumahnya..

Padahal Allah telah tunjukkan cara bahagia itu……

Karena ada perkara –perkara yang bisa membuat orang lain bahagia, terutama ketika kita bicara tentang orang yang diberi Allah kelebihan harta.

Nabi Shallallahu a’alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Amal yang paling Allah paling cintai yaitu rasa senang yang engkau masukan ke dalam hati seorang muslim, atau kau hilangkan laparnya, atau kau lunasi hutang nya, atau kau hilangkan kesulitannya, Sungguh aku menemani saudaraku untuk memenuhi kebutuhan nya lebih aku cintai daripada I’tikaf di masjid nabawi selama satu bulan’

AllahuAkbar, bahkan Nabi membandingkan amalan ini dengan I’tikaf di masjid nabawi yang kita tahu bahwa sungguh besar pahala sholat di dalamnya

Karena itu adalah amalan yang akan memasukkan hati bahagia ke dalam hatinya.

Ada sahabat yang mengeluhkan tentang kekerasan hatinya, jawaban Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Jika kau ingin hatimu menjadi lembut, menjadi bahagia, menjadi tenang, maka berikanlah makanan kepada fakir miskin, dan usaplah tanganmu di kepala anak yatim”

Memang apa hubungan dengan bahagia dan anak yatim?

Ternyata ada kaidah

“bahwasanya balasan tergantung amalan seorang hamba, jika seseorang berusaha menyenangkan hati orang lain, memikirkan kesulitan yang dihadapi orang lain, berusaha menyenangkan hatinya, maka Allah akan masukkan kesenangan dalam hatinya”

Oleh karenanya sering kita dapati, orang-orang yang sibuk menjadi relawan ke suatu daerah untuk memberi bantuan, yang letih-letih menjadi relawan untuk mengajar anak-anak desa, yang bersusah payah keliling dari satu jalan ke jalan lain untuk mengumpulkan donasi untuk para korban gempa, padahal ini adalah perjalanan yang melelahkan bahkan jaminan tidak mendapatkan dunia (uang, menjadi tersohor dll), namun dia selalu semangat melakukan amalan tersebut…

Karena ada bahagia, yang Allah masukkan ke dalam hatinya

Dan, orang yang paling bahagia di muka bumi ini adalah Nabi Shallallahu a’alaihi wa sallam, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mencari cara untuk membahagiakan orang lain

Jika ada yang memberatkan sahabat, memberatkan kaum muslim, maka akan terasa berat oleh Nabi shallalllahu a’alaihi wasallam.

Khadijah bahkan berkata ; sekali kali tidak! bergembiralah wahai suamiku, Allah tidak akan menghinakan mu, karena engkau senantisa jujur berkata, menjaga silaturrahim, menyenangkan keluarga dan kerabat, membantu orang yang kesusahan ,menyenangkan para tamu, membantu orang-orang yang terkena musibah.

Itulah sifat dasar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selalu ingin membahagiakan orang lain.

Tatkala Rasul didatangi seorang budak, kemudian tangannya ditarik, dan Nabi shallalalhu a’alaihi wasallam membiarkan nya karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin memasukkan kebahagiaan ke dalam hati seorang budak wanita kecil tersebut

Oleh karena itu, jika kita memiliki kelebihan harta, rizki, maka bahagialah dengan membahagiakan orang lain dengan menyumbangkan harta, yakinlah Allah akan membahagiakanmu

Sebab, bagaimana seseorang akan dibiarkan Allah, sementara dia sibuk memikirkan untuk membahagiakan saudaranya.